Suara NU Pancoran Mas, 26/10/2017
"Ayo jago-jagoan baca kitab boleh, tapi jangan dikaitkan dengan Hari Santri Nasional", Demikian tantangan duel baca kitab Walikota Depok, Idris Abdusshomad kepada para pihak yang mengkritiknya tidak berinisiatif mengadakan Apel Hari Santri Nasional di Balaikota Depok. Hal itu sebagaimana diberitakan Reporter Rahmat Tarmuji dalam laman Jurnal Depok.Id, 25/10/2017. Walikota Depok berang, geram, emosional dan tidak terima dengan kritik terhadap Pemkot Depok yang tidak mengadakan Apel Hari Santri Nasional di Balaikota.
Apel Hari Santri Nasional akhirnya diadakan di halaman Kantor Kementerian Agama yang sempit dan membuat para peserta apel berdesakan. Para Kiai pimpinan Pondok Pesantren pun akhirnya mengeluhkan keadaan ini.
Menanggapi hal itu, Pimpinan Pondok Pesantren At-Tibyan, Pancoran Mas, Kota Depok, KH. Dr. M. Yusuf Hidayat, Lc, MA yang akrab dipanggil Muallim Yusuf siap meladeni tantangan duel baca kitab. Muallim Yusuf, yang juga Katib Syuriah PCNU Depok dan Ketua Brigade Ahlussunnah Wal Jamaah, selama ini tegas mengkritik sikap keliru Walikota Depok karena merupakan garis perjuangan kritis-konstruktif yang telah diambil PCNU Kota Depok pasca Pilkada Depok 2015. Banyak para kiai Depok menganggap Walikota tidak pantas dipanggil dan disebut dengan kiai karena telah meremehkan Hari Santri Nasional. "KH Dr. Idris Abdusshomad, Buka dulu topengmu, kan kulihat wajahmu" Demikian bunyi spanduk yang terpasang di jalan-jalan protokol Kota Depok dengan tanda silang merah pada tulisan KH sebagai rumusan sindiran para kiai' yang ada di Kota Depok.
Dalam tausiah yang disampaikannya di Majelis Habib Abu Bakar bin Hasan Alatas Azzabidi, pada Minggu Sore, 22 Oktober 2017, Muallim Yusuf mengkritik keras Balaikota pada tanggal 22 Oktober 2017 hanya digunakan untuk Konser Musik Kebangsaan tanpa adanya Apel dan Peringatan Hari Santri Nasional.
Terkait tudingan adanya biang kerok di hari santri yang dilontarkan Walikota, Muallim Yusuf justru menggugat balik. "Justru, Walikota biang keroknya". Dengan adanya kisruh hari santri di Depok ini, maka visi religius Kota Depok dipertanyakan. Karena Apel dan Peringatan Hari Santri justru dapat menjadi strategi untuk mewujudkan visi Kota Depok yang religius. Religiusitas dan keber-Islam-an macam apakah yang diinginkan Pak Walikota? Waktu yang akan menjawabnya.
Muallim Yusuf juga mendesak agar Walikota segera meminta maaf kepada kaum santri terutama kepada Kepala Kementerian Agama dan warga NU pada khususnya, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Bupati Lampung yang menghina Ketua Umum KH. Said Aqil Siradj pada Hari Santri Nasional.
(Tim Redaksi)
Cam kan
BalasHapusTerlalu itu
BalasHapusLanjutkan
BalasHapusmakasih
BalasHapus