Suara NU Panmas
Ciganjur, Jum'at, 22 Desember 2017. Siang hari, tenda-tenda besar telah terpasang. Karpet merah mulai terhampar. Sound System pun sudah berulang kali cek suara. Nahdliyin-nahdliyat dari berbagai pelosok sudah berdatangan untuk menghadiri Sewindu Haul al Maghfur lah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di kediamannya di Jalan Warung Silah, Ciganjur, Jakarta Selatan yang akan dihelat malam harinya.
Siang hari itu sebelum Haul Gus Dur, usai Shalat Jum'at, puluhan nahdliyin dan nahdiyat dari berbagai pelosok Jabodetabek, Tasikmalaya, Ciamis, Purbalingga dan Jombang, Jawa Timur berkumpul di lantai 2 Gedung Yayasan KH. A. Wahid Hasyim. Mereka menghadiri acara Halaqoh Ilmiah Ahlussunnah Wal Jama'ah dan Bedah Buku Al Albani, "Begawan Hadis" Wahabi yang kontroversial karena telah men-doif-kan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh al Imam Bukhori dan al Imam Muslim Rodliyallohu anhuma.
Hadir dalam acara tersebut, para ulama', asatidzah, nahdliyin dan nahdliyat. Di antaranya, KH. Dr. M. Yusuf Hidayat, MA (Penulis buku/Pengasuh Ponpes At Tibyan Depok), KH. Syaifullah Amin (Peneliti/Alumni Pesantren Ciganjur), KH. Syihabuddin Ahmad, KH. Zain Rofiq Fakhrudin, KH. A. Basyir Fadlullah (LDNU Purbalingga), H. Yuyun Wirasaputra, Ust. H. Chairul (Ketua LDNU Depok), Ust. H. Agus Riyadi (LTM Bogor) dan Ust Rudi S Halimi (LTM NU Depok), dan para tokoh NU di Jabodetabek dan Jawa Barat.
Bedah Buku diawali dengan pembukaan dan Sambutan dari Ketua Yayasan KH. A. Wahid Hasyim, H. Arif Rahman Hamid yang akrab dipanggil dengan Mas Yai. Dilanjutkan pembacaan kata pengantar Prof. Dr. Sayyid Agil Husen al Munawwar dalam buku tersebut oleh Moderator, Darul Qutni.
Dalam bedah buku tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa al Albany, tidak layak diberikan gelar "Muhaddisul ashr" (ahli hadits masa kini), / Mujaddid (pembaharu Islam) sebagaimana diberitakan di rubrik surat Kabar nasional karena al Albany tidak konsisten dalam melakukan takhrij hadis. Di satu tempat dia katakan hadis ini sohih, di tempat lain dia katakan dloif (lemah).
Al Albany juga dikritik tidak menempuh jalan musyawarah dan diskusi bersama para ahli hadis di zamannya, seperi Syaikh Yasin al Fadani dan Sayyid Muhammad bin Alwi al Malikiy al Hasany. Seorang dosen takhrij hadis UIN Jakarta bahkan menyatakan bahwa karya Albani sebetulnya kumpulan makalah para mahasiswanya yang ia bukukan. Tak heran jika terjadi kerancuan. "Seorang pakar hadis menemukan kurang lebih 7000 kesalahan Albany dalam men-takhrij hadis" papar Kyai Yusuf, penulis buku, yang juga Katib Syuriah PCNU Kota Depok itu.
KH Syaifullah Amin, alumni Pesantren Ciganjur, menyatakan bahwa buku yang disusun oleh KH. Dr. M. Yusuf Hidayat sudah tepat karena menggunakan cara ilmiah (kultural) dalam menghadapi serangan sebagian wahabi yang pintar dan cerdas. "Wahabi yang keras, mungkin urusannya Banser NU", katanya. Wahabi saat ini menurutnya ada yang ilmiah ada yang politik. "Yang politik mengatakan NKRI Thogut (setan), tapi produk-produk NKRI dinikmati juga" papar penulis buku Bukti-Bukti Gus Dur Wali bersama A. Mukafi Niam. Halaqoh ilmiah dan Bedah Buku ditutup jam 16.15 dengan pembacaan doa oleh KH. Syihabudin Ahmad.* **
Komentar
Posting Komentar