Suara NU Panmas,
"Ayo duduk dan berdialog, tidak perlu publikasi, kalau kita sama-sama shalat, cinta Allah Ta'ala dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Kalau ada yang tidak beres, nasehati kita. Datang dan dipersilahkan dengan tangan terbuka"
Demikian nasehat dan ajakan al Habib Hamid bin Ja'far Al Qadri Hafidzohulloh terhadap individu/kelompok yang kerap mem-bid'ah-an dan meng-kafir-kan sesama muslim. Hal itu diutarakannya pada Dauroh Ilmiah dan Bedah Buku "Bijak Menyikapi Perbedaan Pendapat" yang disusun dan ditulis oleh beliau. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Masjid At-Taqwa, Jalan Bangka 3, Pela Mampang, Jakarta Selatan pada Sabtu 30 Desember 2017. Buku tersebut disusun oleh al Habib Hamid sebagai telaah atas pemikiran al Habib Umar bin Hafidz Hafidzohulloh dalam membina ukhuwah dan membangun dialog. Acara dimulai bakda Zuhur dan berakhir pukul 15.18 menjelang adzan ashar.
Dalam sesi tanya jawab, para peserta mengajukan beberapa pertanyaan lain soal pandangan terhadap orang tua Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, penyikapan terhadap kelompok yang suka membid'ahkan dan meng-kafir-kan, dan hukum bercadar bagi wanita muslimah dan pertanyaan lainnya seputar fiqih Islam.
Soal status keimanan orang tua Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, al Habib Hamid menjelaskan, bahwa orang tua Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, merupakan ahlul Fatroh (yaitu orang yang hidup dalam kevakuman wahyu antara Nabi Isa Alaihissalam dan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam). Hal ini berdasarkan ayat al Qur'an. Adapun adanya hadis yang menjelaskan perihal tersebut, maka hadis tersebut tergolong Hadis ahad yang dzonniyatutsubuut (dugaan) yang tidak bisa mengalahkan dalil al Qur'an yang qothiyyatutsubut (pasti), karena itu hadis yang menyebutkan ayah bunda Nabi yang mulia termasuk ahli neraka tidak dapat dijadikan dalil. Habib Hamid menjelaskan bahwa vonis terhadap orang tua Nabi tersebut dapat menyakiti hati dan perasaan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Naudzu billah min Dzalik.
Habib Hamid juga ditanya mengenai Bid'ah. Bagaimana soal bid'ah? dan sikap terhadap tetangga kita yang kerap mem-bid'ah-kan? Beliau memaparkan pernahkah Imam Ibnu Taimiyyah memvonis orang yang ahli bid'ah?. Pada dasarnya bid'ah adalah sesuatu yang bertentangan dengan sunnah. "Kalau sudah bertentangan dengan kaidah umum ya bid'ah", katanya. Hal ini menurutnya, harus dikaji secara khusus, karena membutuhkan penjelasan yang panjang lebar. Bagaimana peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam disebut bid'ah sedangkan isinya tidak bertentangan dengan syariat. Ada pembacaan al Qur'an, Shalawat, Mauidzoh Hasanah dan makan-makanan yang baik. Bukankah semua itu dianjurkan dalam syariat.
Untuk menyikapi hal ini, Habib Hamid mendorong kelompok yang suka mem-bid'ah-kan dan meng-kafir-kan agar diajak diskusi dengan para ulama'. "Ayo duduk dan berdialog, tidak perlu publikasi, kalau kita sama-sama shalat, cinta Allah Ta'ala dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Kalau ada yang tidak beres, nasehati kita. Datang dan dipersilahkan dengan tangan terbuka" tegasnya.
Soal cadar bagi wanita muslimah, Habib Hamid justru bertanya balik, kenapa banyak wanita muslimah yang membuka aurat tidak dipermasalahkan? Tapi cadar justru dipermasalahkan. Seharusnya dibiarkan saja. Hukumnya menggunakan cadar adalah sunnah, tidak wajib. Ada yang membolehkan dan ada yang tidak membolehkan menggunakan cadar bagi wanita yang muslimah. Tidak perlu saling menyinyir. Yang pakai cadar jangan sombong dan yang tidak pakai cadar, juga tidak perlu menghina yang bercadar.
Wallahu a'lam bisshowaab ***
(Darul Qutni)
Komentar
Posting Komentar