Suara NU Pancoran Mas, 28 Oktober 2017
Antusias!. Demikian gambaran situasi peserta Pelatihan Shalat Sempurna dan Pemulasaraan Jenazah Lembaga Ta'mir Masjid (LTM) Kota Depok dan Kabupaten Bogor yang diadakan sejak jam 09.00 pagi hari ini hingga jam 16.00 WIB di Masjid Al-Ikhlas, Telaga Pesona, Setu Cikaret Cibinong, Kabupaten Bogor. Peserta terdiri dari warga NU Kota Depok dan Kabupaten Bogor,
Acara dibuka mulai pukul 09.00 dengan pembacaan dzikir Tahlil yang dipimpin oleh Ust. Darjatul Aliyah dari Desa Sukahati, Cibinong. Selanjutnya pembacaan kalam ilahi disampaikan oleh Ust H Mahmudin, dari Masjid Baitul Faizin, Pemkab Bogor. Sambutan-sambutan disampaikan oleh Pengurus DKM Masjid Al-Ikhlas, Bapak Beni, Atas nama LTM, H. Agus Riadi, S.Ag atas nama PCNU, Ust. Dicky Sofyan, S.Th.I, dan MUI Cibinong oleh KH. Ending Matin.
Tepat pukul 10.00 WIB, acara inti yaitu penyampaian materi Pelatihan Shalat Sempurna oleh Abuya KH. Zainuddin Ma'shum Ali, Rais Syuriah PCNU Kota Depok. Dalam uraiannya, beliau menyampaikan shalat sempurna seperti Rasulullah saw adalah dengan cara khusyu'. Khusyu' hukumnya wajib. Wajibnya khusyu' ini dikutip Abuya dari kitab Attaqriirotussadiidah fil masa'ilil mufiidah karya Al Habib Zain bin Ibrohim Bin Smith Madinah.
Menurut Abuya, terjadinya kisruh dalam persoalan cara Sholat muncul karena adanya perbedaan pemahaman tentang hadis "sholluu kamaa ro'aitumuunii usholli" (Shalatlah kamu sebagaimana aku (Rasul) Shalat". Nah, kita tidak pernah melihat Nabi SAW sholat, lalu bagaimana kita sholat seperti Rasulullah SAW?. Jawabannya, kata Abuya, adalah dengan cara menuntut ilmunya shalat. Beliau mengutip pendapat Syaikh Ibnu Ruslan, dalam kitab Matan Zubad, yaitu: wa kullu man bighoiri ilmin ya'malu, a'maluhu marduudatun la tuqbalu" (barang siapa beramal tanpa ilmu maka akan ditolak tidak diterima).
Untuk menuntut ilmu yang benar, tambahnya, maka penting berguru kepada guru yang musalsal dan sanadnya bersambung hingga Rasulullah SAW. "Di Nahdlatul Ulama', gurunya musalsal hingga baginda Rasulullah SAW" ujar beliau.
Terkait dengan kegiatan pelatihan ini, Abuya menyarankan agar diadakan kerjasama sebulan sekali secara bergantian antara LTM Depok dan Kab. Bogor dan juga Lembaga Dakwahnya. Materi Pelatihan Shalat ini menurutnya diambil dari kitab At-Taqriirotussadidah Fil Masa'ilil Mufidah karya Habib Zain bin Smith. Untuk mengetahui cara shalat yang benar maka kita perlu guru yang kita yakini benar. "Yakin dengan guru-guru dari NU. Kalo gak yakin, ya pindah guru aja" kata Abuya Zainuddin.
Setiap DKM, kata Abuya, wajib punya kitab at-Taqriirotussadiidah ini. Pembahasannya dimulai dari khusyu' lebih dulu. Niat shalat harus ikhlas. Tidak boleh riya'. Apalagi yang shalat di Masjid. Tidak boleh sampai syirik kecil. Syirik keci itu yang paling dikhawatirkan Nabi SAW kepada umatnya.
Takbir dalam Shalat terdiri dari Takbirotul Ihrom dan Takbir Intiqol. Khusyu' dapat dicapai dengan ihdlorul qolbi (menghadirkan hati), dan memahami kalimat wajjahtu wajhiya yang dibaca ketika do'a iftitah. Kemudian memahami ayat iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in. Bacaan al Fatihah tidak boleh sampai rusak. Karena kalau sampai rusak, maka shalat juga rusak dan batal. Makhorijul huruf dan tahsinnya agar diperhatikan. Makna al Fatihah dihadirkan dalam hati. "Saya belajar Alfatihah seminggu di Pondok al Qur'an, Al Mu'ayyad Tebuireng, (Jombang Jawa Timur" kata Abuya. Takbirotul Ihrom jangan sampai waswas.
Pendorong kekhusyu'an yang lain adalah memahami kalimat assalamu'alaika ayyuhannabiyyu dalam bacaan tahiyyat. Artinya kita mengucapkan salam kepada Nabi SAW dan meyakini bahwa beliau masih hidup. Hilang keimanan kita jika meyakini Nabi SAW itu meninggal dunia. Al Anbiya'u ahyaa'un fii qubuurihim. Para Nabi hidup dalam kubur mereka. Syekh Abdul Qodir Jailaniy bahkan sering bertemu Baginda Rosulullah SAW dalam keadaan yaqodzotan (sadar).
Abuya juga mengajak bahwa yang diajak sholat adalah orang Islam. "Perhatikanlah Adzan'. Dimulai syahadat dulu, baru Hayya Alassholah. Khusyu' juga menurutnya, tidak dapat dicapai tanpa keyakinan dengan kalimat La Haula wa La quwwata Illa billaah.
Setelah materi Abuya Zainuddin selesai pada waktu Zuhur, acara dilanjutkan dengan shalat dzuhur berjamaah dan makan siang. Dibuka lagi jam 13.30 dengan tahsin tilawah al Fatihah, Tahiyat dan Qunut yang dipimpin oleh Jam'iyatul Quro' Wal Huffadz (JQH) PCNU Kota Depok. Setelah itu dilanjutkan, dengan acara Materi Pemulasaraan Jenazah oleh KH. Aim Zaimuddin, Rais Syuriah PCNU Kabupaten Bogor.
Antusias!. Demikian gambaran situasi peserta Pelatihan Shalat Sempurna dan Pemulasaraan Jenazah Lembaga Ta'mir Masjid (LTM) Kota Depok dan Kabupaten Bogor yang diadakan sejak jam 09.00 pagi hari ini hingga jam 16.00 WIB di Masjid Al-Ikhlas, Telaga Pesona, Setu Cikaret Cibinong, Kabupaten Bogor. Peserta terdiri dari warga NU Kota Depok dan Kabupaten Bogor,
Acara dibuka mulai pukul 09.00 dengan pembacaan dzikir Tahlil yang dipimpin oleh Ust. Darjatul Aliyah dari Desa Sukahati, Cibinong. Selanjutnya pembacaan kalam ilahi disampaikan oleh Ust H Mahmudin, dari Masjid Baitul Faizin, Pemkab Bogor. Sambutan-sambutan disampaikan oleh Pengurus DKM Masjid Al-Ikhlas, Bapak Beni, Atas nama LTM, H. Agus Riadi, S.Ag atas nama PCNU, Ust. Dicky Sofyan, S.Th.I, dan MUI Cibinong oleh KH. Ending Matin.
Tepat pukul 10.00 WIB, acara inti yaitu penyampaian materi Pelatihan Shalat Sempurna oleh Abuya KH. Zainuddin Ma'shum Ali, Rais Syuriah PCNU Kota Depok. Dalam uraiannya, beliau menyampaikan shalat sempurna seperti Rasulullah saw adalah dengan cara khusyu'. Khusyu' hukumnya wajib. Wajibnya khusyu' ini dikutip Abuya dari kitab Attaqriirotussadiidah fil masa'ilil mufiidah karya Al Habib Zain bin Ibrohim Bin Smith Madinah.
Menurut Abuya, terjadinya kisruh dalam persoalan cara Sholat muncul karena adanya perbedaan pemahaman tentang hadis "sholluu kamaa ro'aitumuunii usholli" (Shalatlah kamu sebagaimana aku (Rasul) Shalat". Nah, kita tidak pernah melihat Nabi SAW sholat, lalu bagaimana kita sholat seperti Rasulullah SAW?. Jawabannya, kata Abuya, adalah dengan cara menuntut ilmunya shalat. Beliau mengutip pendapat Syaikh Ibnu Ruslan, dalam kitab Matan Zubad, yaitu: wa kullu man bighoiri ilmin ya'malu, a'maluhu marduudatun la tuqbalu" (barang siapa beramal tanpa ilmu maka akan ditolak tidak diterima).
Untuk menuntut ilmu yang benar, tambahnya, maka penting berguru kepada guru yang musalsal dan sanadnya bersambung hingga Rasulullah SAW. "Di Nahdlatul Ulama', gurunya musalsal hingga baginda Rasulullah SAW" ujar beliau.
Terkait dengan kegiatan pelatihan ini, Abuya menyarankan agar diadakan kerjasama sebulan sekali secara bergantian antara LTM Depok dan Kab. Bogor dan juga Lembaga Dakwahnya. Materi Pelatihan Shalat ini menurutnya diambil dari kitab At-Taqriirotussadidah Fil Masa'ilil Mufidah karya Habib Zain bin Smith. Untuk mengetahui cara shalat yang benar maka kita perlu guru yang kita yakini benar. "Yakin dengan guru-guru dari NU. Kalo gak yakin, ya pindah guru aja" kata Abuya Zainuddin.
Setiap DKM, kata Abuya, wajib punya kitab at-Taqriirotussadiidah ini. Pembahasannya dimulai dari khusyu' lebih dulu. Niat shalat harus ikhlas. Tidak boleh riya'. Apalagi yang shalat di Masjid. Tidak boleh sampai syirik kecil. Syirik keci itu yang paling dikhawatirkan Nabi SAW kepada umatnya.
Takbir dalam Shalat terdiri dari Takbirotul Ihrom dan Takbir Intiqol. Khusyu' dapat dicapai dengan ihdlorul qolbi (menghadirkan hati), dan memahami kalimat wajjahtu wajhiya yang dibaca ketika do'a iftitah. Kemudian memahami ayat iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in. Bacaan al Fatihah tidak boleh sampai rusak. Karena kalau sampai rusak, maka shalat juga rusak dan batal. Makhorijul huruf dan tahsinnya agar diperhatikan. Makna al Fatihah dihadirkan dalam hati. "Saya belajar Alfatihah seminggu di Pondok al Qur'an, Al Mu'ayyad Tebuireng, (Jombang Jawa Timur" kata Abuya. Takbirotul Ihrom jangan sampai waswas.
Pendorong kekhusyu'an yang lain adalah memahami kalimat assalamu'alaika ayyuhannabiyyu dalam bacaan tahiyyat. Artinya kita mengucapkan salam kepada Nabi SAW dan meyakini bahwa beliau masih hidup. Hilang keimanan kita jika meyakini Nabi SAW itu meninggal dunia. Al Anbiya'u ahyaa'un fii qubuurihim. Para Nabi hidup dalam kubur mereka. Syekh Abdul Qodir Jailaniy bahkan sering bertemu Baginda Rosulullah SAW dalam keadaan yaqodzotan (sadar).
Abuya juga mengajak bahwa yang diajak sholat adalah orang Islam. "Perhatikanlah Adzan'. Dimulai syahadat dulu, baru Hayya Alassholah. Khusyu' juga menurutnya, tidak dapat dicapai tanpa keyakinan dengan kalimat La Haula wa La quwwata Illa billaah.
Setelah materi Abuya Zainuddin selesai pada waktu Zuhur, acara dilanjutkan dengan shalat dzuhur berjamaah dan makan siang. Dibuka lagi jam 13.30 dengan tahsin tilawah al Fatihah, Tahiyat dan Qunut yang dipimpin oleh Jam'iyatul Quro' Wal Huffadz (JQH) PCNU Kota Depok. Setelah itu dilanjutkan, dengan acara Materi Pemulasaraan Jenazah oleh KH. Aim Zaimuddin, Rais Syuriah PCNU Kabupaten Bogor.
Mantap postunfannya.
BalasHapusSemoga berkelanjutan
BalasHapusmakasih
BalasHapus