Langsung ke konten utama

Penjelasan Pemulasaraan Jezanah Oleh KH Aim Za'imudin dalam Pelatihan LTM Depok dan Bogor



Panduan Ringkas Pemandian dan Pengkafanan Jenazah
KH. Aim Za’imuddin
(Rois Syuriah PCNU Kabupaten Bogor)

Memandikan jenazah
Sebaiknya pemulasaraan  jenazah termasuk pemandian jenazah  dilaksanakan sesegera mungkin. Hal ini dilakukan setelah diyakini bahwa yang akan dipulasara telah betul-betul meninggal dunia. Biasanya, jenazah dianggap telah benar-benar meninggal setelah seluruh tubuhnya dingin. 

عن أَبي هريرة - رضي الله عنه - ، عن النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : (( أسْرِعُوا بالجَنَازَةِ ، فَإنْ تَكُ صَالِحَةً ، فَخَيرٌ تُقَدِّمُونَهَا إِلَيْهِ ، وَإنْ تَكُ سِوَى ذَلِكَ ، فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ )) متفقٌ عَلَيْهِ .  وفي روايةٍ لمسلمٍ : (( فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا عَلَيْهِ ))      
Dari Abi Hurairoh Ra, Nabi Saw bersabda : “segerakan urus jenazah. Jika jenazah itu baik, tentu lebih baik ia segera menyongsong kebaikannya  Jika jenazah tidak demikian, tetntu tidak baik meletakkannya disekitar kalian.”  (Mutafaqun ‘alaih)
                                                                                
Sebaiknya orang yang memandikan jenazah adalah orang soleh yang dipercaya dapat memelihara kehormatan jenazah orang yang dimandikan.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لِيُغَسِّلْ مَوْتَاكُمُ الْمَأْمُونُونَ ».     رواه ابن ماجه (1528)
Dari Ibnu Umar Ra, Rasulullah Saw bersabda : “Hendaknya yang memandikan mayit adalah orang yang terpercaya”.
Untuk memudahkan pemandian, didiletakkan ditempat yang tinggi, lalu pakaian jenazah dicopot kemudian aurat jenazah ditutupi.
Disunnahkan memandikan jenazah dengan bilangan ganjil yaitu 3 kali (siraman)   atau lebih. Tergantung kondisi jenazahnya. Umumnya 3 kali pemandian (siraman) sudah cukup
Peralatan yang harus disediakan dalam untuk pemandian jenazah antara lain  :
Tempat khusus buat pemandian
Sarung tangan
Pakaian khusus
Gunting
Masker
Kacamata
Kapas atau kain kasa
Pembalut
Sabun, shampoo, pewangi tubuh
dll

Proses Pemandian

Orang yang akan memandikan mengenakan sarung tangan khusus untuk memandikan jenazah.

Orang yang akan memandikan berniat memandikan jenazah.
Jika mata jenazah atau mulutnya terbuka, tutuplah dan bacakan doa untuknya sebagaimana yang pernah dibacakan oleh Rasulullah Saw kepada Abi Salamah :  
عنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَلَى أَبِى سَلَمَةَ وَقَدْ شَقَّ بَصَرُهُ فَأَغْمَضَهُ فَصَيَّحَ نَاسٌ مِنْ أَهْلِهِ فَقَالَ « لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ ». ثُمَّ قَالَ « اللَّهُمَّ اغْفِرْ لأَبِى سَلَمَةَ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِى الْمَهْدِيِّينَ وَاخْلُفْهُ فِى عَقِبِهِ فِى الْغَابِرِينَ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يا  رَبَّ الْعَالَمِينَ اللَّهُمَّ افْسَحْ لَهُ فِى قَبْرِهِ وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ ».   (رواه أبو داود والبيهقي)
Dari Ummu Salamah ra, ia menuturkan Rasulullah Saw masuk bertakziyah pada Abi Salamah. Saat itu mata Abi Salamah terbuka. Rasulullah Saw kemudian menutup mata Abi Salamah. Lalu keluarga Abi Salamah bertangisan. Rasulullah Saw kemudian bersabda : “Jangan kalian berdoa untuk diri kalian kecuali dengan yang baik. Karena malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan”. Lalu beliau berdoa “ Y Allah berilah ampunan pada Abi Salamah. Angkatlah derajatnya bersama orang-orang yang mendapat petunjuk, berilah keluarganya pengganti dia dan berilah kami dan dia ampunan wahai Tuhan seru alam. Ya Allah, lapangkanlah dan terangilah kuburnya.”

Perut jenazah ditekan pelan-pelan agar kotoran yang ada dalam perut keluar,
Semua kotoran atau najis yang melekat pada jenazah dibersihkan termasuk yang berada pada kemaluan dan anus jenazah.

Jenazah diwudhukan seperti wudhunya orang hidup.

Seluruh tubuh jenazah disiram (dibasahi) dengan air sampai merata (siraman yang pertama). Selesai itu tubuh  jenazah disabuni, rambutnya dishampo sampai dianggap rata dan bersih lalu siram (siraman yang kedua). Kemudian dibilas lagi sampai benar-benar bersih (siraman yang ketiga).

Tubuh jenazah kemudian dikeringkan dengan menggunakan kain/handuk yang lembut dan diberi wewangian.

Tata cara pemandian diatas bersumber dari hadits : 
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَيْنَا النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ نَغْسِلُ ابْنَتَهُ فَقَالَ « اغْسِلْنَهَا ثَلاَثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ إِنْ رَأَيْتُنَّ ذَلِكَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ وَاجْعَلْنَ فِى الآخِرَةِ كَافُورًا أَوْ شَيْئًا مِنْ كَافُورٍ فَإِذَا فَرَغْتُنَّ فَآذِنَّنِى ». فَلَمَّا فَرَغْنَا آذَنَّاهُ فَأَلْقَى إِلَيْنَا حِقْوَهُ فَقَالَ « أَشْعِرْنَهَا إِيَّاهُ ».  رواه البخاري و مسلم
Dari Ummu Athiyyah Ra berkata:  Nabi Saw masuk ketika kami sedang memandikan jenazah putrinya, beliau lalu bersabda : “mandikanlah tiga kali, lima kali atau lebih dari itu. Jika kalian pandang perlu paiakiaknlah air dan daun bidara, dan pada yang terakhir kali dengan kafur atau campuran kafur.” Ketika kami sudah selesai, kami beritahukan beliau. Lalu beliau memberi kami kain seraya bersabda : “Bungkuslah ia dengan ini. (HR Bukhori-Muslim)

Apabila setelah selesai pemandian, tubuh jenazah mengeluarkan kotoran dari perutnya setelah selesai dimandikan dan belum dikafani, jumhur ulama berpendapat kotoran itu dibersihkan kembali dari jenazah dan jenazah tidak usah diwudhukan apalagi dimandikan kembali.

Jika tidak didapati air untuk memandikan jenazah, atau penggunaan air tidak memungkinkan, maka jenazah ditayammumkan. Misalnya :
Tidak ada air untuk memandikan jenazah.
Jenazah rusak jika dimandikan
Jika tidak ada laki-laki lain, perempuan mahrom untuk memandikan jenazah laki-laki.
Jika tidak ada perempuan lain, laki-laki mahrom untuk memandikan jenazah perempuan. 
فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا  (النساء : 43, المائدة : 6)
عَنْ مَكْحُولٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : { إذَا مَاتَتْ الْمَرْأَةُ مَعَ الرِّجَالِ لَيْسَ فِيهِمْ امْرَأَةٌ غَيْرُهَا وَالرَّجُلُ مَعَ النِّسَاءِ لَيْسَ مَعَهُنَّ رَجُلٌ غَيْرُهُ فَإِنَّهُمَا يُيَمَّمَانِ وَيُدْفَنَانِ } وَهُمَا بِمَنْزِلَةِ مَنْ لَا يَجِدُ الْمَاءَ  (رواه أبو داود في مراسيله والبيهقي)
Dari Makhul Ra, ia berkata Rasulullah Saw bersabda : “Apabila ada wanita meninggal dunia ditengah laki-laki dan tidak ada wanita lain dan apabila ada laki-laki meninggal dunia ditengah wanita dan tidak ada laki-laki lain, maka keduanya ditayammumkan dan ditempatkan dalam posisi orang yang tidak mendapai air” (HR. Abu Dawud dan Baihaqi)
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : " قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : { لَا تُبْرِزْ فَخِذَك وَلَا تَنْظُرْ إلَى فَخِذِ حَيٍّ وَلَا مَيِّتٍ } رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَابْنُ مَاجَهْ
Dari Ali Ra, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda : “Jangan kamu perlihatkan pahamu dan jangan kamu melihat paha orang lain baik yang hidup atau mati.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Jumhur berpendapat suami istri boleh saling memandikan. Yang menjadi dasarnya adalah Sahabat Ali Ra memandikan Istrinya Siti Fatimah Ra dan sabda Rasul Saw kepada istri Beliau A’Isyah Ra :  
" لو مت قبلي لغسلتك وكفنتك ".رواه ابن ماجه.  
“Jika kamu meninggal mendahuluiku, aku akan memandikan dan mengkafanimu”

Jika jenazah dalam kondisi tidak utuh, atau yang ada hanya  bagian tubuh jenazah saja seperti pada kasus korban mutilasi atau kecelakaan pesawat, maka jenazah tetap dimandikan dan dikafai serta dishalatkan
 (قال الشافعي) من أكله سبع أو قتله أهل البغى أو اللصوص أو لم يعلم من قتله غسل وصلى عليه فإن لم يوجد إلا بعض جسده صلى على ما وجد منه وغسل ذلك العضو، وبلغنا عن أبى عبيدة أنه صلى على رءوس قال بعض أصحابنا عن ثور بن يزيد عن خالد بن معدان: إن أبا عبيدة صلى على رءوس وبلغنا أن طائرا ألقى يدا بمكة في وقعة الجمل فعرفوها بالخاتم فغسلوها وصلوا عليها

Berkata Imam Syafi’I : “jika ada orang dimakan binatang buas, dibunuh penjahat atau pencuri, atau pembunuhnya tidak diketahui, maka mandikan dan kuburlah jasadnyanya. Jika jika jasadnya tidak utuh, maka mandikanlah bagian jasadnya yang ada.” Telah sampai kepada kami riwayat bahwa Abi Ubaidah menshalatkan beberapa kepala. Shabat-sahabat kami menuturkan dari Tsaur bin Yazid, dari Kholid bin Ma’dan bahwa Ubaidah menyalati beberapa kepala. Telah sampai juga kepada kami bahwa seekor burung menjatuhkan tangan  di Mekkah pada waktu perang jamal. Tangan itu lalu dikenali dari cincin yang dikenakannya. Tangan itu lalu dimandikan dan dishalatkan.

Untuk pemandian jenazah yang berpotensi menularkan penyakit atau membahayakan kesehatan orang yang memandikan, maka cara pemandiannya harus memenuhi standar keamanan kesehatan serta mempertimbangkan ahli kesehatan.

Sebaiknya memandikan jenazah dilakukan ditempat tertutup



Mengkafani Jenazah
Pada dasarnya mengkafani jenazah dapat dilakukan dengan kain atau apa pun yang dapat menutup tubuh jenazah.

عَنْ خَبَّابٍ - رضى الله عنه - قَالَ هَاجَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - نَبْتَغِى وَجْهَ اللَّهِ ، فَوَجَبَ أَجْرُنَا عَلَى اللَّهِ ، وَمِنَّا مَنْ مَضَى أَوْ ذَهَبَ لَمْ يَأْكُلْ مِنْ أَجْرِهِ شَيْئًا ، كَانَ مِنْهُمْ مُصْعَبُ بْنُ عُمَيْرٍ قُتِلَ يَوْمَ أُحُدٍ ، لَمْ يَتْرُكْ إِلاَّ نَمِرَةً ، كُنَّا إِذَا غَطَّيْنَا بِهَا رَأْسَهُ خَرَجَتْ رِجْلاَهُ ، وَإِذَا غُطِّىَ بِهَا رِجْلاَهُ خَرَجَ رَأْسُهُ ، فَقَالَ لَنَا النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم  « غَطُّوا بِهَا رَأْسَهُ ، وَاجْعَلُوا عَلَى رِجْلِهِ الإِذْخِرَ  أَوْ قَالَ أَلْقُوا عَلَى رِجْلِهِ مِنَ الإِذْخِرِ ».  رواه البخاري و مسلم 
Dari Khobbab Ra, ia berkata : ”Kami hijrah bersama Rasulullah Saw semata mencari keridhoannya. Dan kami pasti mendapat pahala dari Allah Swt. Hanya ada diantara kami yang mendahului dan belum sempat menikmati jerih payahnya. Termasuk diantaranya adalah Mush’Ab binUmair ra. Ia terbunuh pada perang Uhud. Dan ia tidak memiliki apa-apa kecuali selimut. Kalau kami tutup kepalanya, dua kakinya terbuka, tetapi kalau kami tutupi kedua kakinya kepalanya terlihat. Maka Nabi Saw bersabda kepada kami : “Tutuplah kepalanya dan letakkan izkhir ( sejenis bunga yang berbau harum) pada kakinya.” HR. Bukhori dan Muslim.


Disunnahkan menggunakan kain kafan putih.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْبَسُوا مِنْ ثِيَابِكُمُ الْبَيَاضَ فَإِنَّهَا خَيْرُ ثِيَابِكُمْ وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكُمْ وَإِنَّ خَيْرَ أَكْحَالِكُمُ الإِثْمِدُ يَجْلُو الْبَصَرَ وَيُنْبِتُ الشَّعْرَ ».  رَوَاهُ أَبُو دَاوُد والترمذي
Dari Ibnu Abbas Ra, Rasulullah Saw bersabda : Pakailah pakaian kalian yang putih, karena pakaian putih adalah yang terbaik. Dan kafanilah orang-orang yang mati juga dengan pakaian putih. Kemudian sebaik-baiknya celak adalah istmid yang membuat mata terlihat jeli dan menumbuhkan rambut.”

Untuk jenazah laki-laki, disunnahkan menggunakan tiga helai (lapis) kain kafan.
عن عائشة رضي الله عنها ، قالت : كُفِّنَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - في ثلاثةِ أثْوَاب بيضٍ سَحُولِيَّةٍ مِنْ كُرْسُفٍ ، لَيْسَ فِيهَا قَمِيصٌ وَلاَ عِمَامَةٌ .متفقٌ عَلَيْهِ .
Dari ‘Aisyah Ra, ia berkata : Rasulullah Saw dikafani dengan tiga pakaian katun dari Kursuf yang berwarna  putih, tanpa gamin dan sorban.” 

Untuk jenazah perempuan kain kafan 2 lapis, ditambah kain, baju kurung dan kerudung.
عَنْ لَيْلَى بِنْتِ قَانِفٍ الثَّقَفِيَّةِ قَالَتْ كُنْتُ فِيمَنْ غَسَّلَ أُمَّ كُلْثُومٍ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عِنْدَ وَفَاتِهَا فَكَانَ أَوَّلُ مَا أَعْطَانَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْحِقَاءَ ثُمَّ الدِّرْعَ ثُمَّ الْخِمَارَ ثُمَّ الْمِلْحَفَةَ ثُمَّ أُدْرِجَتْ بَعْدُ فِى الثَّوْبِ الآخِرِ قَالَتْ وَرَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- جَالِسٌ عِنْدَ الْبَابِ مَعَهُ كَفَنُهَا يُنَاوِلُنَاهَا ثَوْبًا ثَوْبًا.    (رواه أبو داود وأحمد)
Dari Layla binti Qonif, ia berkata : “Saya salah seorang yang ikut memandikan Ummi Kultsum binti Rasulullah Saw ketika ia wafat. Yang pertama diberikan oleh Raslulah Saw kepada kami adalah kain (basahan), baju lalu kerudung, dan sesudah itu ditempatkan pada kain yang lain. Layla kemudian berkata : Nabi Saw duduk di pintu membawa kafannya dan memberikannya kepada kami sehelai-sehelai.”


Tata cara pengkafanan 

Siapkan tempat untuk meletakan jenazah untuk di kafani
Letakkan tujuh tali diatas tempat yang disiapkan secara berjajar dari kepala sampai kaki
Letakkan kain kafan tiga lapis secara berurutan untuk jenazah laki-laki
Letakkan kain kafan 2 lapis, kain basah (tapih), baju kurung dan kerudung untuk jenazah perempuan
Beri kain kafan pengharum/pewangi.
Letakkan jenazah diatas kain kafan
Tutup lubang tubuh jenazah dan  bagian tubuh yang dipakai sujud dengan kapas
Untuk jenazah dengan kondisi tertentu, semisal wanita yang sedang haid, boleh diberi kain tambahan untuk menutup darah atau pembalut. 
Lipatkan kain kafan dari sebelah kanan jenazah ke sebelah kiri
Lipatkan kain kafan dari sebelah kiri jenazah ke sebelah kanan
Ikatkan tali dengan simpul dibagian sebelah kiri jenazah.


Jika memungkinkan, untuk kain kafan sebaiknya menggunakan yang bagus tetapi tidak terlalu mahal. 
قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِى أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يُحَدِّثُ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- خَطَبَ يَوْمًا فَذَكَرَ رَجُلاً مِنْ أَصْحَابِهِ قُبِضَ فَكُفِّنَ فِى كَفَنٍ غَيْرِ طَائِلٍ وَقُبِرَ لَيْلاً فَزَجَرَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ يُقْبَرَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهِ إِلاَّ أَنْ يُضْطَرَّ إِنْسَانٌ إِلَى ذَلِكَ وَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا كَفَّنَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُحَسِّنْ كَفَنَهُ ». رواه مسلم
Dari Ibnu Juraij, ia mendapat khabar dari Abu Zubair bahwa ia mendengar Jabir bin Abdillah Ra menceritakan bahwa Rasulullah Saw pada suatu hari berkhutbah dan menceritakan salah seorang sahabatnya yang wafat dan dipakaikan kain kafan yang tidak panjang dan dikuburkan malam hari. Maka  Rasulullah lalu melarang seseorang dikuburkan dimalam hari sampai ia dishalatkan atau jika orang-orang repot. Dan rasulullah Saw bersabda ;”Jika menkafani saudara kalian,pakailanlah kafan yang bagus.”
عَنْ عَلِىِّ بْنِ أَبِى طَالِبٍ قَالَ لاَ تَغَالِ لِى فِى كَفَنٍ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « لاَ تَغَالَوْا فِى الْكَفَنِ فَإِنَّهُ يُسْلَبُهُ سَلْبًا سَرِيعًا ». (رواه أبو داود)
Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata : “Jangan memakainkan kain kafan yang mahal padaku. Sebab aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : “jangan memakaikan kafan yang mahal, sebab kafan akan cepat rusak.

Wallahu A’lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Majelis Burdah di At Tibyan, Abuya Junaidi Beri Ijazah Ammah Amalan Rebo Wekasan

Suara NU Panmas, 14/11/2017 Majelis Burdah yang diadakan Laskar Jausyan pimpinan Abuya KH. M. Junaidi HMS, bekerjasama dengan Ma'had At Tibyan dan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Pancoran Mas Depok, baru saja berakhir malam tadi, 13/11/2017 pukul 23.16 di Ma'had At-Tibyan, Pancoran Mas, Depok P impinan Mu'allim Dr. KHM. Yusuf Hidayat, MA . Acara dimulai sejak pukul 20.00 WIB dengan pembacaan dzikir dan istighotsah untuk menjaga keutuhan NKRI. Dilanjutkan dengan pembacaaan Qasidah Burdah, sebanyak 160 bait, Mahall Qiyam, Ya Lal Wathon, Indonesia Raya lalu ditutup dengan doa dan tausiah dari Abuya Junaidi. Dalam kesempatan itu, Abuya Junaidi juga memberikan ijazah ammah amalan Rebo Wekasan (Rabu terakhir bulan safar) bagi ratusan jama'ah yang hadir. Ijazah tersebut yaitu berupa ijazah shalat lidaf'il bala' 4 rokaat dengan 2 kali salam dilakukan di waktu Dluha setelah membaca al Fatihah. Ijazah ini berdasarkan kitab Kanzun Najah Wassuruur susunan Sye

Walikota Depok Tantang Duel Baca Kitab, Muallim Yusuf Siap Meladeni

Suara NU Pancoran Mas, 26/10/2017 "Ayo jago-jagoan baca kitab boleh, tapi jangan dikaitkan dengan Hari Santri Nasional", Demikian tantangan duel baca kitab Walikota Depok, Idris Abdusshomad kepada para pihak yang mengkritiknya tidak berinisiatif mengadakan Apel Hari Santri Nasional di Balaikota Depok. Hal itu sebagaimana diberitakan Reporter Rahmat Tarmuji dalam laman Jurnal Depok.Id, 25/10/2017. Walikota Depok berang, geram, emosional dan tidak terima dengan kritik terhadap Pemkot Depok yang tidak mengadakan Apel Hari Santri Nasional di Balaikota. Apel Hari Santri Nasional akhirnya diadakan di halaman Kantor Kementerian Agama yang sempit dan membuat para peserta apel berdesakan. Para Kiai pimpinan Pondok Pesantren pun akhirnya mengeluhkan keadaan ini. Menanggapi hal itu, Pimpinan Pondok Pesantren At-Tibyan, Pancoran Mas, Kota Depok, KH. Dr. M. Yusuf Hidayat, Lc, MA yang akrab dipanggil Muallim Yusuf siap meladeni tantangan duel baca kitab. Muallim Yusuf, yang jug

Khutbah Jum'at Menyambut Robiul Awwal, Bulan Kelahiran Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ الدَّعْوَةَ إِلَى الْهُدَى وَالدِّلالَةَ عَلَى الْخَيْر وَالنَّصِيْحَةَ لِلْمُسْلِمِيْنَ مِنْ أَفْضَلِ الْقُرُبَات وَأَهَمِّ الْمُهِمَّات وَأَرْفَعِ الدَّرَجَات فِي الدِّيْن وَذَالِكَ سَبِيْلُ أَنْبِيَاءِ اللهِ الْمُرْسَلِيْن وَاْلأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْن وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ الرَّاسِخِيْنَ فِي الْعِلْمِ وَالْيَقِيْن.  اَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْن وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدِنَا مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم الصَادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَ بَارِكْ وَكَرِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ مَعَاشِرَ الْمُسْلِمين وَزُمْرَةَ المُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ الله Pada kesempatan ini, khotib berwasiat khususnya kepada diri khotib sendiri dan umumnya kepada par